BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan
nasional yang sedang dilaksanakan bertujuan untuk membangun manusia Indonesia
yang seutuhnya. Ini berarti bahwa pembangunan mempunyai jangkauan yang luas dan
jauh. Berhasil tidaknya program pembangunan faktor manusia memegang peranan
yang sangat penting. Untuk pembangunan ini diperlukan manusia yang berjiwa
pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki pengetahuan dan ketrampilan
serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta memiliki sifat positif
terhadap etos kerja.
Sekolah sebagai tempat proses
belajar mempunyai kedudukan yang sangat penting dan menonjol dalam dunia
pendidikan. Oleh karena itu pendidikan di sekolah memegang peranan penting
dalam rangka mewujudkan tercapainya pendidikan nasional secara optimal dalam
rangka mewujudkan tercapainya pendidikan nasional secara optimal seperti yang
diharapkan.
Menurut Syah
(1998) ditemukan bahwa penguasaan guru tentang metode pengajaran masih
berada dibawah standar. Maka guru merasa
tergugah untuk memperbaikinya melalui peningkatan penguasaan metode mengajar.
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan sumber
daya manusia. Menciptakan manusia yang cerdas dan maju perlu diimbangi dengan
peningkatan mutu pendidikan. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses
pendidikan. Dalam proses belajar mengajar tersebut guru menjadi pemeran utama
dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru
dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang
tercapainya tujuan belajar.
Mutu pendidikan sangat erat kaitannya dengan mutu guru. Kunci
keberhasilan pelaksanaan sangat ditentukan oleh faktor guru sebagai pengelola
kegiatan pembelajaran. Namun semua juga tidak terlepas dari kemampuan siswa
dari proses pembelajaran berlangsung, dari proses belajar mengajar ini harus
kerja sama antara guru dengan murid ini akan menghasilkan hasil yang maksimal
dengan meminimalkan kendala yang ada dengan memaksimalkan keunggulan dari
keduanya.
Untuk mencapai
tujuan ini peranan guru sangat menentukan. Menurut Wina Sanjaya (2006 :
19), peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola,
demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Sebagai motivator guru harus mampu
membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
berhasil dengan baik. Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran adalah dengan mengganti cara / model pembelajaran yang
selama ini tidak diminati lagi oleh siswa, seperti pembelajaran yang dilakukan
dengan ceramah dan tanya-jawab, model pembelajaran ini membuat siswa jenuh dan
tidak kreatif. Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa
sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri
masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak
bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di
sini adalah siswa yang lebih banyak berperan (kreatif).
Matematika sebagai salah satu bidang
studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya di
samping aspek ilmu pasti banyak memuat materi bersifat hitungan sehingga
pengetahuan dan informasi yang diterima siswa lebih banyak dengan menggunakan
perhitungan. Sifat materi pelajaran Matematika tersebut membawa konsekuensi
terhadap proses belajar mengajar yang didominasi oleh pendekatan ekspositoris,
biasanya guru menggunakan metode ceramah maupun tanya jawab terjadi dialog imperatif. Padahal dalam
proses belajar mengajar keterlibatan siswa secara totalitas, artinya melibatkan
pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (keterampilan, salah satunya
sambil menulis). Jadi dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus
mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi
kesempatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tangapan, sehingga
terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses belajar mengajar yang
interaktif. Situasi belajar ini dapat tercipta melalui penggunaan “pendekatan Teams
Games Tournaments (TGT)”
Pada SMP Negeri 2 Randublatung sejak
peneliti mengajar, dalam pembelajaran Matematika, peneliti sering menggunakan
model pembelajaran ceramah. Model pembelajaran ini tidak dapat membangkitkan
aktivitas siswa dalam belajar. Hal ini tampak dari perilaku siswa yang
cenderung hanya mendengar dan mencatat pelajaran yang diberikan guru. Siswa
tidak mau bertanya apalagi mengemukakan pendapat tentang materi yang diberikan.
Sebagai seorang guru
yang professional hendaknya dapat memilih dan menerapkan metode yang efektif
agar materi yang dipelajari oleh siswa dapat dMatematikahami dengan baik serta
dapat meningkatkan prestasi belajar. Lebih menarik lagi jika pada pembelajaran
ditemukan metode dan cara-cara yang baru agar dapat terjadi interaksi yang
menarik antara siswa dengan guru. Diantara cara dan metode yang digunakan
dengan menggunakan sarana yang ada di sekolah diantaranya TGT (Teams Games
Tournaments) dengan menggunakan turnamen games akademik yang mana siswa
bersaing sebagai perwakilan home team (tum rumah) dengan anggota tim
lain. TGT hampir sama dengan STAD adalah model cooperative learning (CL) yang
diciptakan Yang diciptakan oleh Robert E. Sulevin dan koleganya dari
Universitas John Hopkins Amerika Serikat, titik berat pada pengajaran ini
adalah siswa dituntut aktif belajar dengan cara berkelompok. Perbedaan dengan model
STAD adalah pada tes dan sistem perbaikan skor individu diganti dengan
turnamen game akademik ini diharapkan
siswa dapat meningkatkan prestasinya.
B. Identifikasi Masalah
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, siswa kelihatan belum
serius dalam mengikuti pelajaran, motivasi belajar Matematika masih kurang,
kurang memiliki bekal yang cukup untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah hal
ini dapat dibuktikan dengan sering guru memberi pertanyaan pada akhirnya guru
sendiri yang menjawab. Hal tersebut terlihat bahwa pelajaran didominasi oleh
guru dan penjelasan guru kurang didukung dengan alat peraga yang sesuai dan
menarik perhatian siswa. Dari kondisi ini perlu mendapatkan perhatian yang
serius dari guru, perbaikan pembelajaran itu dapt dimulai dari diri guru yaitu
dengan melakukan perbaikan dengan memperbaiki metode belajar, media, dan system
belajar mengajar. Dari diri siswa dengan menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Banyak siswa kurang
berminat terhadap mata pelajaran Matematika karena dianggap sebagai pelajaran
yang kurang menyenangkan, akibatnya materi yang sebenarnya mudah menjadi sulit
untuk siswa. Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi kendala –
kendala yang ada di lapangan dalam proses pembelajaran, sehingga prestasi
belajar Matematika masih masuk dalam
kategori rendah. Dari kendala – kendala tersebut dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
a. Siswa
kurang memperhatikan dalam pembelajaran.
b. Siswa kurang berani dalam mengemukakan
pendapat.
c. Siswa beranggapan bahwa dalam belajar
kelompok tidak perlu semua bekerja.
d. Adanya siswa yang suka membicarakan hal
lain, yang tidak berhubungan dengan tugas kelompok.
e.
Tanggung jawab siswa terhadap kewajiban masih
rendah.
f.
Anggapan
bahwa pelajaran Matematika itu sulit.
g. Nilai pelajaran matematika cenderung
rendah.
h. Guru
mendominasi pelajaran
i.
Guru belum menggunakan metode dan alat peraga
yang sesuai.
Berangkat
dari masalah – masalah yang sangat mengganggu dan menghambat siswa yang
bersangkutan untuk meraih prestasi yang lebih tinggi, maka penulis mengadakan
perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan terhadap mata pelajaran Matematika pada diri siswa.
C. Perumusan masalah
Dari identifikasi
masalah, diketahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa kurang menguasai materi
pelajaran yang diberikan oleh guru. maka dapat dikemukakan analisis pemasalahan
sebagai berikut :
1. Metode
yang digunakan guru tidak tepat sehingga diperlukan metode yang baru untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa.
2. Pembelajaran
berpusat pada guru, siswa kurang bisa
menginterprestasikan kemampuannya. Sehingga perlu metode yang dapat
mengembangkan kemampuan individu maupun kelompok.
3. Guru
sangat dominan sehingga keberhasilan siswa pada saat belajar sangat tergantung
kemampuan guru dalam memberikan materi pelajaran. Pada pembelajaran selanjutnya
siswa diharapkan untuk lebih aktif baik secara individu maupun kelompok.
4. Kurangnya
perhatian siswa ketika pembelajaran berlangsung, perlu metode interaktif yang
mampu menumbuhkan kreatifitas siswa.
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah yang menjadi fokus perbaikan maka dapat dirumuskan sebagai berikut : “Penggunaan model pembelajaran TGT (Team Games Tournament) untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika pada pokok bahasan Operasi Pada Bentuk Aljabar bagi siswa kelas VIII B Matematika SMP Negeri 2 Randublatung Semester I Tahun Pelajaran 2008/2009”.
D. Tujuan
Penelitian
Dari latar belakang yang
telah dikemukakan maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendapatkan
metode yang tepat dalam membelajarkan Matematika pada materi Gelombang Bunyi.
2. Meningkatkan
kualitas pembelajaran Matematika pada materi Gelombang Bunyi melalui penggunaan
Metode TGT.
3. Meningkatkan
prestasi belajar siswa pada pelajaran Matematika
4. Membangkitkan
motivasi belajar siswa pada pembelajaran Matematika
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil perbaikan ini
diharapkan agar dapat dimanfaatkan oleh guru dan merupakan masukan bagi sistem
pengajaran sehingga dapat :
1. Meningkatkan
prestasi belajar siswa.
2. Menambah
pengetahuan tentang metode belajar yang digunakan oleh guru.
3. Membangkitkan
motivasi belajar khususnya pelajaran Matematika dan umumnya semua mata
pelajaran.
4. Membangun
kerjasama antar kelompok siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hakim Nasution. 1982. Landasan Matematika. Jakarta : Bharata
Karya Aksara.
Daniel Muijs dan David
Reynolds 2008. EffectiveTteaching Teori
dan Aplikasi (Edisi ke -2 ) Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hisyam Zaini, Bermawy
Munthe & Sekar Ayu Aryani, 2007, Strategi
Pembelajaran Aktif, CTSD,IAIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Gagne, Robert M and
Leslie J. Briggs, 1978. Principles of
Instructional Design. 2nd Ed, New York : Holt Rinehart and Winstons.
Russeffendi 1988. Pengantar kepada membantu guru mengembangkan
kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung
: Tarsito
Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sudirman, 2007. Cerdas Aktif Matematika. Jakarta :
Ganeca Exact.
JUDUL2 PTK LAINNYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar