BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di SD, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat urgen dan harus dikuasai sebelum siswa meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi. Matematika merupakan induk segala ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Penguasaan matematika yang kuat sejak dini sangat diperlukan untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan. Oleh karena itu, mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis dan kreatif, serta mampu bekerja sama. Untuk mencapai tujuan itu betapa penting kedudukan seorang guru dalam proses pembelajaran.
Hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh kualitas kegiatan belajar mengajar. Kualitas kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh tingkat profesionalitas guru, fasilitas pembelajaran, dan motivasi siswa di suatu sekolah. Sudah diketahui bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar dimaksudkan agar siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu guru dituntut memperoleh keberhasilan dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa mencapai hasil yang maksimal.
Seringkali yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa mata pelajaran Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang paling sulit, bahkan menjadi pelajaran yang menakutkan bagi siswa. Hal ini menyebabkan banyak siswa yang kurang tertarik pada mata pelajaran ini sehingga nilai yang diperoleh siswa tidak memenuhi standar ketuntasan.
Ketidaktuntasan belajar juga dialami oleh sebagian besar siswa kelas III SD Negeri Susukan 02 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010, yaitu pada saat tes formatif mata pelajaran Matematika kompetensi dasar memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana, hasil yang dicapai siswa belum menunjukkan kriteria ketuntasan yang maksimal. Siswa yang memperoleh nilai tuntas atau nilai ≥ KKM (60) dari 46 siswa hanya 15 orang, atau tingkat ketuntasan klasikal hanya mencapai 33%.
Melihat kenyataan tersebut peneliti mencoba untuk mengidentifikasi penyebab yang melatarbelakangi permasalahan tersebut, sehingga dapat mengambil tindakan untuk peneliti laksanakan dalam memperbaiki pembelajaran mengenai kompetensi dasar tersebut.
1. Identifikasi Masalah
Dengan hasil yang dicapai siswa seperti dikemukakan di atas, peneliti mengidentifikasi beberapa permasalahan yang mengakibatkan pembelajaran pada kompetensi tersebut di atas tidak berhasil. Dari proses identifikasi masalah dapat diketahui berbagai masalah yang muncul saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu antara lain:
a. Motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran masih rendah.
b. Kurangnya pemahaman siswa bagaimana menyelesaikan secara efektif soal-soal tentang pemecahan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana.
c. Siswa masih banyak yang tidak mengetahui langkah-langkah penyelesaian soal secara benar.
d. Partisipasi siswa dalam pembelajaran masih kurang.
2. Analisis Masalah
Dengan mengetahui beberapa masalah yang terjadi saat berlangsungnya proses pembelajaran, peneliti mencoba melakukan refleksi diri sehingga dapat mencari penyebab terjadinya beberapa masalah seperti tersebut di atas. Setelah berdiskusi dengan teman sejawat dan berkonsultasi dengan supervisor, dapat dianalisis bahwa penyebab ketidakberhasilan proses pembelajaran dikarenakan:
a. Guru tidak mengungkap materi prasarat dalam pembelajaran, yaitu mengenai penyamaan penyebut.
b. Guru tidak menggunakan alat peraga yang dapat mengkongkritkan situasi yang berkaitan dengan materi.
c. Kurangnya penjelasan dari guru mengenai cara menyelesaikan soal-soal latihan.
d. Masih sedikitnya soal-soal latihan yang diberikan oleh guru.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan analisis masalah tersebut di atas, perumusan masalah yang menjadi fokus perbaikan pembelajaran dalam laporan peneliti ini adalah sebagai berikut: ”Bagaimanakah penggunaan gambar-gambar geometris dan penerapan metode drill dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas III SD Negeri Susukan 02,Kecamatan Susukan,Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010,pada mata pelajaran Matematika kompetensi dasar memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana?”
DAFTAR PUSTAKA
Andayani [et. Al], 2007. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka, Jakarta
Depdiknas, 2006. Standar Isi KTSP. Depdiknas, Jakarta.
Karim, dkk., 1996. Pendidikan Matematika I. Depdikbud, Jakarta.
Prasetyo, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Widyasari Press, Salatiga.
Ruseffendi, dkk., 1994. Pendidikan Matematika 3. Depdikbud, P2M Guru SD Setara D-II, Jakarta.
Wardani, I.G.A.K., dkk., 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka, Jakarta.
Referensi Lainnya KLIK DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar