BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG.
Dinas Kebersihan adalah
organisasi pengelola kebersihan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 8 Tahun 1992 tanggal 8 November 1992 , dimana organisasi tersebut
mempunyai fungsi dan tugas membantu Walikota Semarang dalam menyelenggarakan
urusan rumah tangga bidang kebersihan kola. Pada hakekatnya kebersihan
merupakan salah satu segi kehidupan yang perlu dipeli hares secara
berkesinambungan baik oleh Pemerintah Daerah mau pun masyarakat sendiri demi
tercapainya lingkungan yang bersih dan sehat. Sehingga untuk mewujudkan Kota
Semarang yang bersih dan sehat, telah diatur melalui Peraturan, Daerah Nomor :
6 Tahun 1993 tentang Kebersihan dalam wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Semarang.
Kondisi riil kinerja Dinas Kebersihan
pada saat ini dalam pengangkutan sampah dari TPS (Tempat Pembuangan Sementara),
ke TPA ( Tempest Pembuangan Akhir ) masih belum, dapat dikatakan maksimal,
walaupun, dalam opersionalnya telah didukung dengan sarana dan prasarana serta
sumber daya manusia yang sudah berpengalaman. Tingkat kinerja yang telah
dicapai tersebut dapat terlihat dari pengangkutan sampah dari TPS ke TPA hanya
mampu sekitar 75 % ( 2.625 m3 ) setiap harinya, dari volume sampah di Kota
Semarang sebanyak 3.500 m3. Alokasi volume sampah kota yang menjadi tanggung jawab Dinas
Kebersihan tersebut belum termasuk sampah yang selama ini pembuangannya
dikelola langsung oleh masyarakat secara konvensional, terutama diwilayah
pemekaran / pedesaan yang banyaknya mencapai sekitar 25 % dari volume sampah
tersebut diatas.
Implikasi dari kinerja Dinas
Kebersihan yang belum maksimal tersebut mengakibatkan banyaknya
keluhan-keluahan dan banyak nya pengaduan. dari masyarakat atas keterlambatan
pengangkutan sampah yang membawa dampak yang lebih lugs. Dimana masyarakat
tidak simpatik dan enggan untuk berpatisipasi dalam mendukung program
kebersihan kota
yang menjadi tanggung jawab Dinas Keber sihan. Dampak yang paling terasa adalah
dimana masyarakat tidak tertib dalam membuang sampah, akhirnya akan menyulitkan
petugas pemungut sampah (kolektor), sehingga terjadi inefesiensi waktu yang
akan mengakibatkan biaya operasional. Dinas Kebersihan semakin membengkak.
Tidak menutup kemungkinan masyarakat akan terlambat membayar restribusi yang
selama ini menjadi andalan untuk membiayai operasional pengelolaan sampah kota. Belum maksimalnya
kinerja karyawan tersebut tidak terlepas dari faktor gaga kepemimpinan yang
diterapkan di dings dan tingkat motivasi karyawan sendiri untuk bekerja
maksimal dan profesional secara kualitas maupun kuantita. Terlepas dari dug
faktor tersebut yang tidak kalah pentingnya adalah faktor kualitas komunikasi
antar karya wan secara indvidual, ataupun komunikasi secara kelompok dalam organisasi
belum dibangun secara baik. Sehinggas arus informasi secara horizontal maupun
vertikal tidak bedalan lancar. Eksistensi ke tiga faktor tersebut pada
kenyataannya mempunyai hubungan yang saling berpengaruh terhadap tingkat
kinerja karyawan Dinas Keber sihan Kota
Semarang.
Dengan melihat kenyataan diatas
maka untuk meningkatkan perlu dibudayakan pola kepemimpinan efektif. Kiranya
tidak dapat disangkal bahwa keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan
maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung
pada gaya kepemimpinan
yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Dengan demikian mutu
kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat
dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut dan dalam, menyelenggarakan
berbagai kegiatannya. Karena pemimpin ( Leader ) merupakan tokoh sentral dalam
organisasi atau perusahaan, sehingga seorang pemimpin mempunyai Jaya yang luar
biasa dalam meng gerakkan sebuah organisasi.
Menurut A.Dale Timpe (
1.993,ix) bahwa Kepemimpinan tidak sama artinya dengan manajemen. Kepemimpinan
adalah suatu kemampuan yang lebih tinggi. Pemimpinlah yang akan menentukan
kemana arah dan tujuan internal maupun eksternal,dan menyelaraskan visi/ missi
organisasi. Pemimpin adalah ahli strategi yang menetapkan tujuan organisasi,
sedangkan manajer hanya memusatkan perhatiannya pada cara-cara agar organisasi
dapat mencapai tujuan. Selanjutnya Moh. As'ad ( 1996,bahan kuliah: ke-4)
menambahkan bahwa perbedaan Manajer dengan Leadership. Pertama manajer melakukan
sesuatu yang benar (doing things right), sementara Lea dership melakukan
sesuatu yang menurutnya benar (doing the right things).Kedua manajer selalu mengarah
kepada administrasi, semen tara Leadership
selalu mengarah kepada pembaharuan,karena me nganut prinsip untuk memajukan perusahaan
harus ada perubahan. Ketiga manajer selalu menekankan pemikiran ke arah
pemeliharaan ( maintenance ) seperti hardware, software dan lain-lain,sementara
leadership selalu berpikir ke arah pengembangan (development), berkreasi
sehingga, kreativitas tinggi.
Selanjutnya perbedaan antara
manajer dengan Leadership yang keempat,manajer selalu mementingkan system atau
struktur,karena manajer mempunyai prinsip semakin tinggi kedudukan seseorang
dalam jabatan maka semakin berpengaruh pada pengambilan keputusan, sementara
leadership berorientasi kepada orang,bagaimana orang bisa bekerja
baik,bagaimana memaksimalkan kemampuan seseorang sehingga pengayaan kerja dan
pemekaran kerja berlangsung terus. Kelima, kalau bertanya manajer selalu
mengarah kepada bagaimana (how), sementara leadership selalu mengarah kepada
apa dan mengapa (what/ why). Keenam,posisi manajer lebih banyak men dorong
orang,sementara leadership selalu berdasarkan kepada komitmen pada tugas yaitu
kemampuan seseorang mengerjakan tugas. Ke tujuh gaya seorang manajer selalu menekankan kepada
kontrol, sementara leadership selalu berusaha memberdayakan manusia. Perbedaan
yang lain antara manajer dengan leadership adalah manajer berpikir jangka
pendek (shortrange),sementara leadership selalu berpikir ke jangka panjang
(Long range ).
Menurut Wahjosumidjo
(1992,39),baliwo. pemimpin menetapkan titik sentral dari manajemensedangkan
manajemert itu sendiri rnerupa kan
titik sentral dari organisasi (administrasi). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa peran seorang pemimpin dalam sebuah organisasi atau perusahaan dalam
melakukan berbagai perubahan menuju organisasi atau perusahaan yang unggul
adalah sangat strategic.
Selanjutnya keberhasilan seorang
pemimpin organisasi (perusahaan) diidentifikasi sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor,seperti pertama sifat-sifat dari pemimpin,kedua perilaku /
situasi dari pemim pin dan ketiga adalah pengaruh dari wibawa seorang pemimpin.
Namun dari ketiga faktor penentu tersebut di atas,maka faktor wibawa atau
kewibawaan seorang pemimpin merupakan faktor yang paling dominan dalam
menciptakan keberhasilan seorang pemimpin dalam memimpin organisasi
(perusahaan),kenyataan tersebut sangatlah logic, karena kewibawaan seorang
pemimpin, sudah mewadahi atau mengakomondasi dari faktor sifat-sifat dan
perilaku seorang pemimpin.
Untuk itu sangatlah logic bila
kita ingin. memberdayakan sebuah organisasi atau perusahaan, maka perencanaan,
dan implementasi sukses kepemimpinan harus mendapat porsi yang paling tinggi
dari semua elemen Sumber Daya Manusia yang ada. di organisasi atau pe rusahaan
tersebut guna mencari/menentukan pemimpin yang handal dan pimpinan. yang
piawai. Karena kegagalan seorang pemimpin dalam menggerakkan sumber daya yang
ada di organisasi atau perusahaan tersebut, maka tidaklah mustahil dapat
menyebabkan kegagalan di semua, eleman yang ada di dalam organisasi atau perusahaan
tersebut dalam upaya mencapai kinerja organisasi atau perusahaan secara
maksimal.
Fenomena tersebut kiranya tidak
terlalu sulit kita buktikan. Kita dapat saja mengambil satu organisasi atau
perusahaan sebagai sampel untuk melihat grafik kemajuan dan perkembangan sebuah
organisasi atau perusahaan. Dimana dalam perjalanan” hidupnya” ( life cycle )
sebuah organisasi atau perusahaan tersebut seperti gelombang yang terkadang
naik dan terkadang turun,adanva nuansa naik turunnya tersebut berbarengan
dengan pergantian pimpinan di organisasi atau perusahaan tersebut. Dengan
dernikian dapat kita lihat demikian besamya pengaruh seorang pimpinan atau
pemimpin dalam menciptakan irama organisasi atau perusahaan menuju kesuksesan.
Seperti yang sudah disinggung
di alas bahwa kehandalan seorang pemimpin di pengaruhi oleh banyak
faktor,diantaranya adalah faktor perilaku seorang pimpinan,gaya kepemimpinan dan kewibawaan seorang
pimpinan. Kesemuanya itu akan memberikan kontribusi secara simultan dan sinergi
dalam bentuk meningkatkan motivasi kerja bawahannya atau pekerja untuk
berlomba-lomba dalam meningkatkan prestasi kerjanya,dengan demikian akan sangat
berpengaruh terhadap produktivitas di organisasi atau perusahaan tersebut. Adanya
peningkatan produktivitas di dalam organisasi atau perusahaan tentunya bentuk
nyata dari adanya pemberdayaan dari sebuah organisasi atau perusahaan.
Untuk itu seorang pemimpin yang
ideal harus mampu memberikan motivasi kepada karyawan agar dapat meningkatkan
kinerjanya untuk kepentingan organisasi yang lebih luas dalama organisasi tidak
hanya dibutuhkan seorang yang pintar,cerdas dan lain-lain, tetapi lebih dari
itu yaitu karyawan yang bermotivasi tinggi untuk maju. Tidak menutup
kemungkinan apabila dalam organisasi terdapat atau sebagaian besar karyawannya
memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja lebih keras, maka kinerja
organisasi itu sendiri akan meningkat seiring dengan meningkatnya kinerja
karyawan.
Adanya usaha-usaha yang perlu
dilakukan oleh pimpinan untuk memacu motivasi dan meningkatkan prestasi kerja
bawahan yang secara koinulatif tentunya akan meningkatkan pefomiance organisasi
atau perusahaan itu sendiri. Selanjutnya bahwa riset mengenai pemimpinan belum
dapat mengungkapkan satu sifat yang dimiliki oleh pemimpin yang berhasil,
melainkan menemukan sejumlah cirri - ciri umum yang mereka miliki. Setiap
pemimpin memiliki gaya
yang berbeda apakah demokratis, otoriter atau kebapakan. Tetapi ada satu aspek
kepemimpinan yang menonjol yaitu pancaran kewibawaan. Dan salah satu
permasalahan penting bagi suatu organisasi adalah bagaimana memberikan motivasi
karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Dalam hal. ini bagi pemimpin
dihadapkan pada persoalan bagaimana dapat menciptakan suatu situasi agar
bawahan dapat memperoleh kepuasan individuainya dan bagaimana caranya
memotivasi agar karyawan mau bekerja berdasarkan keinginan dan. motif berkreasi
yang tinggi ( Widjaja, 1986; 17)
Faktor yang tidak kalah pentingnva
dalam rangka untuk memacu peningkatan kinerja karyawan selain faktor
kepemimpinan dan motivasi yang dimiliki. Oleh karyawan, adalah kualitas komunikasi yang
dibangun dalam organisasi. Karena sistem komunikasi yang yang dibangun akan menunjang
kelancaran arus informasi yang harus diterima dan akan disampaikan oleh
karyawan secara vertikal maupun hrizontal.
Berdasarkan uraian tersebut
diatas maka dalam penelitian ini akan mengambil judul “ HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN KUALITAS
KOMUNIKASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DINAS KEBERSIHAN KOTA SEMARANG”.
B.
DEFINISI
ISTILAH
1.
Gaya Kepemimpinan
Kepernimpinan adalah gaya seorang pimpinan
yang mempunyai tugas untuk mengarahkan dan membimbing bawahan dan mampu
memperoleh dukungan dari bawahan hingga dapat menggerakkan mereka kearah
pencapaian tujuan ( Dann Suganda, 1986, 61-62) Keberhasilan seorang pimpinan
untuk menggerakkan bawahan dalam mencapai tujuan organisasi sangat ditentukan
oleh type kepemimpinan dari pimpinan organisasi tersebut. Sehingga dapat
dijelaskan bahwa kinerja yang dicapai oleh Dinas Kebersihan Kota Semarang sangat
ditentukan oleh penerapan type kepemimpinan.
2.
Motivasi
Motivasi adalah pemberian
dorongan kepada motif, entah dari dalam maupun luar untuk mencapai suatu tujuan
( Martaniah, 1972, 72). Motivasi juga dapat membangkitkan , mempertahankan
serta mengarahkan tingkah laku seseorang berdasarkan kebutuhan-kebutuhannya.
Dengan demikian maka motivasi dapat menjelaskan perbedaan-perbedaan tingkah
laku dan perbedaan tersebut dapat menjadi karakter khusus dari kepribadian.
Berkaitan dengan penelitian ini dapat dijelaskan bahwa kinega organisasi dalam
hal Dinas Kebersihan Kota Semarang, sangat dipengaruhi dan tentukan oleh sampai
sejauh mana motivasi karyawan instansi tersebut untuk meningkat kan kinerjanya sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab yang dibe bankan kepada karyawan tersebut.
3.
Kualitas
Komunikasi.
Komunikasi adalah penyampaian
informasi dan pengertian dengan menggunakan tanda-tancia tang sarna ( Gibson,
1996). Komunikasi menyangkut usaha mentransmisi kejelasan informasi atau
gagasan dari seseorang kepada orang lain, sehingga penerima mengertikan
informasi atau gagasan yang disampaikan. Dengan demikian maka tingkat kinerja
karyawan sangat dipengaruhi oleh sistem komunikasi yang dibangun dimana
karyawan bekerja. Organisasi yang ideal didalamnya harus dibangun sistem
komunikasi dua arah yang saling mendukung. Dalam arti bahwa komunikasi
horizontal (antar karyawan) dan vertikal ( karyawan dengan pimpinan) dibangun
seca ra seimbang
4.
Kinerja
Kinerja adalah suatu hasil yang
dicapai oleh karyawan dalam bidang pekerjaan menurut kriteria tertentu yang
berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu dan dievaluasi oleh orang tertentu.
Menurut Flipo ( 1984) bahwa seorang agar mencapai kinerja yang tinggi
tergentung pada kerja sama, kepribadian, kepandaian, kepemimpinan, kehadiran,
kesetiaan, ketangguhan dan inisiatif. Dalam penelitian ini tingkat kinerja
karyawan akan dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan, motivasi dan komunikasi
yang ada pada Dinas Kebersihan Kota Semarang
5.
Karyawan
Dinas
Karyawan adalah sejumlah orang
yang menjadi bagian dari organisasi Dinas Kebersihan, dimana telah orang
tersebut bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Karyawan
Dinas Kebersihan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil dengan berbagai jenjang
jabatan/eselon, golongan/ kepangkatannya dan karvawan honorrer/ tenaga harian.
lepas.
C.
RUMUSAN
MASALAH.
Berdasarkan latar belakang tersebut
diatas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana
hubungan gaya
kepemimpinan, motivasi dan kualiatas komunikasi secara serentak terhadap
kinerja.
2. Sampai
sejauh mana hubungan gaya
kepernim-pinan terhadap kinerja karyawan dilingkungan Dinas Kebersihan Kota
Semarang dan gaya
kepemimpinan apa yang dominant.
3. Bagaimana
hubungan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan dalam melaksanakan tugas
dilingkungan Dinas Kebersihan Kota Semarang
4. Bagaimana
hubungan kualitas koruu ikasi terhadap kinerja kar yawan di lingkungan Dinas
Kebersihan Kota Semarang
D. TUJUAN PENELITIAN
- Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara gayer kepemimpinan , motivasi kerja dan kualitas komunikasi secara serentak terhadap kinerja karyawan.
- Untuk mengetahui sampai sejauh mana hubungan gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.
- Untuk mengetahui sejauh mana hubungan motivasi terhadap kinerja karyawan.
- Untuk mengetahui sampai sejauh mana hubungan komunikasi terhadap kinerja karyawan
E. MANFAAT PENELITIAN.
Dari penelitian dimaksud akan
dapat diperoleh beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut :
1. Hasil
penelitian inidiharapkan dapat memberikan kontribusi kepada Dinas Kebersihan
Kota Semarang, dalam pengambilan kebijakan sebagai upaya untuk meningkatkan
kinerja karyawan dan meningkatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat.
2. Secara
teoritis hasil penelitian ini dapat memperluas ilmu pengetahuan dan penulis
dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama mengikuti kuliah pada
Program Magister Manajemen dengan konsentrasi Sumber Daya Manusia.
3. Bagi
penulis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam penulisan
tugas akhir (thesis) yang merupakan persyaratan kelulusan kuliah, pada Program
Magister Manajemen Univeritas Islam Indonesia (UTI) Yogyakarta.
Untuk mendapatkan file lengkap hubungi/ sms ke HP. 085725363887
Tidak ada komentar:
Posting Komentar