BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman modern
seperti sekarang ini bertemulah banyak kebudayaan sebagai hasil dari makin
akrabnya komunikasi daerah, nasional dan internasional. Percampuran
bermacam-macam budaya itu dapat berlangsung lancar dan lembut, akan tetapi
tidak jarang berproses melalui konflik personal dan sosial yang hebat. Banyak
pribadi yang mengalami gangguan jiwa dan muncul konflik budaya yang ditandai
dengan keresahan sosial serta ketidakrukunan kelompok-kolompok sosial. Sebagai
akibat lanjut timbul ketidaksinambungan, disharmoni, ketegangan, kecemasan,
ketakutan, kerusuhan sosial dan perilaku yang melanggar norma-norma hukum
formal. Situasi sosial yang demikian ini mengkonsionir timbulnya banyak
perilaku paotogis sosial atau sosiopatik yang menyimpang dari pola-pola umum, sebab
masing-masing orang hanya menaati norma dan peraturan yang dibuat sendiri.
Sebagian besar
dari mereka bertingkah laku seenak sendiri tanpa mengindahkan kepentingan orang
lain, bahkan suka merampas hak-hak orang lain. Akibatnya muncullah banyak
masalah sosial yang disebut dengan tingkah laku sosiopatik, deviasi sosial,
disorganisasi sosial, disintegrasi sosial dan diferensiasi sosial.
Perilaku menyimpan seperti kenakalan merupakan
bagian dari masalah sosial yang seringkali muncul di berbagai daerah.
Perkembangan remaja yang saat ini terjadi sangat relevan dengan perilaku yang
menyimpang dari norma-norma yang berlaku, sehingga seringkali pergaulan ini
menyebabkan masalah sosial apabila tidak ada pengawasan yang ketat dari
berbagai pihak yang terkait seperti keluarga, lingkungan, pemerintah maupun
sekolah.
Sebagai dampak dari kondisi yang semacam ini banyak
orang lalu mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma hukum,
dengan jalan berbuat semaunya sendiri demi keuntungan sendiri dan kepentingan
pribadi, kemudian mengganggu dan merugikan pihak lain.
Tingkah laku menyimpang menurut Supartinah Sadli yang
dikutip oleh Sofyan S. Willis adalah “Tingkah laku yang melanggar atau
bertentangan atau menyimpang dari aturan-aturan normatif.” Dari definisi ini
jelaslah bahwa asumsi terhadap tingkah
laku yang menyimpang ditentukan oleh norma-norma yang dianut oleh anak.
Masyarakat adalah komunitas terakhir yang menentukan apakah anak melakukan
perilaku menyimpang.
Pendidikan merupakan kunci dalam membentuk
kehidupan manusia ke arah peradabannya, menjadi sesuatu yang sangat strategis
dalam mencapai tujuan. Sekolah dan lembaga sejenis dapat dipandang sebagai
komunitas masyarakat yang memerlukan pembinaan secara optimal. Unsur-unsur yang
ada di dalamnya adalah calon manusia yang mempunyai potensi untuk melanjutkan
kehidupan bangsa ini. Bila mereka mendapatkan pendidikan nilai-nilai keagamaan
yang tepat akan menjadi pondasi spiritual yang kuat bagi perkembangan
pendidikan mereka selanjutnya.
Sebagai
landasan yuridis menurut Undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20
tahun 2003 Bab II pasal 3, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar enjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. (Sisdiknas, 2003 : 6).
Pengembangan nilai-nilai di Taman Kanak-kanak
berkaitan erat dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan keyakinan. Oleh
karena itu, diperlukan berbagai inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai
dengan perkembangan dan kemampuan anak didik. Untuk melaksanakan program
pembelajaran nilai-nilai agama Islam, guru harus mempelajari berbagai
pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik,
menyiapkan kurikulum, dan adanya kesinambungan antar satu program pengembangan
dengan program lainnya.
Metode dan pendekatan berfungsi sebagai nilai untuk
mencapai tujuan yaitu pembentukan perilaku anak yang positif. Dalam pendekatan
ini, guru perlu mempertimbangkan berbagai hal seperti tujuan yang hendak
dicapai, karakteristik anak, jenis kegiatan, nilai/kemampuan yang hendak
dikembangkan, pola kegiatan, fasilitas/media, situasi dan tema/sub tema yang
dipilih dalam setiap pembelajaran yang akan diberikan guru.
Dalam pola pelaksanaan pendidikan tidak terlepas
peran keluarga, sekolah maupun masyarakat, bahkan dari kenyataan bahwa
pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama yang kehidupan
anak-anak maupun menerapkan sebagai makhluk sosial, disamping itu keluarga
sangat berperan dalam pembentukan watak, tingkah laku, moral dan pendidikan
kepada anak. Disamping itu keluarga juga sebagai tempat untuk belajar memahami
dirinya tempat belajar tentang norma yang ada itu.
Dari uraian diatas dapat dijadikan alasan bahwa
pendidikan merupakan selah satu institusi yang penting sebagai pembentuk
perilaku anak untuk mengembangkan perilaku anak kearah yang lebih baik. Untuk
memberikan kemudahan dalam memahami uraian diatas maka tugas akhir ini di
berikan judul : Upaya Mengoptimalkan Bimbingan Konseling Untuk Mengatasi
Perilaku Menyimpang Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Nguter .
B.
Pembahasan Masalah
Untuk memberikan kemudahan dalam memahami
persoalan maka diberikan pembatasan persoalan yaitu :
1. Pelaksanaan bimbingan konseling kepada
siswa
2.
Metode dan cara melakukan bimbingan konseling.
3.
Siswa sebagai obyek yang berperilaku menyimpang.
C. Perumusan Masalah
Dari latar belakang dan
pembatasan masalah yang telah dipaparkan diatas dapat diambil rumusan
permasalahan yaitu : Apakah dengan menggunakan layanan bimbingan konseling dapat
mengatasi perilaku menyimpang siswa di kelas X1 SMA Negeri 1 Nguter Sukoharjo ?
D.
Tujuan Penelitian
Dalam suatu
penelitian, pastilah ada tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari penelitian dalam
penulisan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penyimpangan perilaku siswa
di kelas X1 SMA Negeri 1 Nguter
2. Untuk mengetahui efektivitas pelayanan
bimbingan konseling dalam mengatasi perilaku menyimpang pada kelas X1 SMA
Negeri 1 Nguter .
E.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Hasil
penelitian ini diharapkan sebagai :
a. Masukan bagi guru dalam pelayanan bimbingan konseling kepada siswa.
b. Mampu memberikan gambaran tindakan dari guru dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa
c. Memberikan gambaran bagaimana proses pemberian bimbingan konseling pada siswa disekolah.
2.
Manfaat Praktis\
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai :
a. Memberikan masukan dan saran bagi guru dan pihak sekolah dalam menerapkan metode yang tepat dalam pelayanan bimbingan konseling kepada siswa sekolah.
b. Referensi bagi penelitian selanjutnya yang memiliki kesamaan inti persoalannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus Sulistyo dan Adi Mulyono. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta
: Penerbit Ita.
Bambang Sujiono. 2005. Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini. Jakarta:
Penerbit PT. Elex Media Komputindo.
Bambang Sujiono. 2005. Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini. Jakarta:
Penerbit PT. Elex Media Komputindo.
Basuki Wibawa. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas,
Dirjen PDM Direktorat Tenaga Kependidikan.
Edi Purwanta. 2005. Modifikasi Perilaku. Jakarta : Departemen
Pendidikan tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Elizabeth B. Hurlock. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta:
Penerbit Gelora Aksara Pratama.
Harris Clemes dan
Reynold Bean. 2001. Mengajarkan Disiplin Kepada Anak. Jakarta : Mitra Utama.
Suryadi. 2006. Kiat Jitu dalam
Mendidik Anak. Jakarta : Penerbit Mahkota.
KEMBALI KE HALAMAN AWAL
tq..tq..tq...broer
BalasHapus